Program peningkatan keanekaraman hayati (Biodiversity Program) merupakan wujud dan komitmen PGN SAKA dalam upaya mempertahankan dan memulihkan fungsi ekosistem dan perlindungan keanekaragaman hayati (Kehati) baik flora dan fauna di sekitar kawasan Ujungpangkah.
Banyuurip Mangrove Center (BMC) yang terletak di Desa Banyuurip Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur, merupakan salah satu area konservasi mangrove yang selama ini dimonitor, dilindungi, dan dibina untuk menjadi tempat untuk memelihara plasma nutfah mangrove. Upaya konservasi Saka Indonesia Pangkah Limited merupakan wujud dan komitmen perusahaan dalam upaya mempertahankan dan memulihkan fungsi ekosistem dan perlindungan keanekaragaman hayati (Kehati) baik flora dan fauna.
Sejak 2014, PGN Saka bersama beberapa pihak lain melakukan pemulihan dan perluasan mangrove di Kecamatan Ujungpangkah. Gugusan mangrove di Desa Pangkahwetan, Pangkahkulon, dan Banyuurip sendiri saat ini telah ditetapkan oleh Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) oleh Pemprov Jatim melalui SK Gubernur Jawa Timur nomor 188/233/KPTS/ 013/2020 dengan luas area 1.554,27 hektar dan luasan KEE yang berada dalam wilayah administrasi Desa Banyuurip adalah 127,61 Ha, wilayah terkecil dibandingkan luasan KEE di Desa Pangkah Kulon dan Desa Pangkah Wetan. Peraturan ini diikuti dengan regulasi mengenai pengelolanya yakni melalui Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 188/122/KPTS/013/2021. Dalam regulasi ini disebutkan bahwa untuk mengelola KEE Ujungpangkah dibentuk suatu keorganisasian lintas instansi untuk mengimplementasikan konsepsi pengelolaan KEE Ujungpangkah yang bekerja selama 3 tahun sejak aturan diterbitkan.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H’) menggambarkan kekayaan variasi jenis tumbuhan
dalam suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman hayati di BMC tercatat sebesar 0,64 pada tahun
2018, pada dokumen baseline study menunjukan adanya trend kenaikan indeks keanekaragaman
flora menjadi 0,80 pada tahun 2019 dan 1,03 pada tahun 2020. Adanya peningkatan nilai
keanekaragaman ini merupakan implikasi dari hasil suksesi alami yang dapat berjalan ketika
ekosistem sekunder dilindungi dari
gangguan pembalakan maupun alih
fungsi lahan dan upaya intervensi
suksesi dengan penanaman pengayaan
di sela-sela pohon dewasa dan di area
garis pantai yang berhadapan langsung
dengan lepas pantai dan sempadan
sekitar muara sungai.
Pada tahun 2020 ke 2021, indeks
keanekaragaman juga mengalami
kenaikan dari 1,03 di tahun 2020
menjadi 1,12 di tahun 2021. Indeks
keanekaragaman kembali mengalami
penurunan di tahun 2022 menjadi 1,10. Hal ini disebabkan oleh adanya dinamika ekosistem dimana
semakin bertambah usia pohon maka akan terjadi interaksi ekologis. Dalam suatu ekosistem
tersebut, pohon akan saling berkompetisi untuk bertahan hidup, yang bertahan akan hidup dan
yang lainnya akan mati karena kurang kompetitif dalam memperoleh unsur hara. Namun,
penurunan nilai indeks keanekaragaman tersebut tidak terlalu signifikan dari tahun sebelumnya.
Parameter Kehati | Hasil Absolut (Tahun) | |||||
2017 | 2018 | 2019 | 2020 | 2021 | 2022 | |
Habitus Pohon (Stasiun 1 Banyu Urip Mangrove Center) | ||||||
Indeks Keanekaragaman Hayati Flora (H’) | 0,97 | 0,64 | 0,80 | 1,03 | 1,12 | 1,10 |
Habitus Semai (Stasiun 2 Area Restorasi Mangrove) | ||||||
Indeks Keanekaragaman Hayati Flora (H’) | 1,10 | 1,18 | 1,27 | 1,50 | 1,40 | 1,41 |
Tumbuhan yang ditemukan di BMC tidak ada yang masuk ke dalam terkategori terancam punah atau langka berdasarkan tidak dijumpai jenis vegetasi yang termasuk ke dalam Appendiks CITES. Selain itu juga, tidak dijumpai jenis vegetasi yang dilindungi berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 maupun Permen KLHK No. P.106 tahun 2018. Seluruh jenis tumbuhan yang ditemukan masih terkategori jenis-jenis pionir dan belum ada jenis klimaks yang langka. Upaya konservasi pada tahap ini lebih diarahkan untuk meningkatkan jasa ekosistem sekaligus mendorong percepatan suksesi eskosistem hingga mendekati kondisi klimaks. Berdasarkan status kelangkaan pada tingkat global, terdapat sebanyak 74 jenis tumbuhan yang termasuk dalam Redlist IUCN (versi 2021-2), dengan rincian: 1 jenis termasuk kategori EN/Endangered (genting), 1 jenis termasuk kategori VU/Vulnerable (rentan), 69 jenis termasuk kategori LC/Least Concern (kurang diperhatikan) dan 3 jenis termasuk kategori DD/Data Deficient (informasi kurang).
No | Nama Lokal | Nama Latin | Famili | Status Konservasi | |||
CITES | Redlist IUCN | PP No.7 Tahun 1999 | Permen No. 106 Tahun 2018 | ||||
1 | Sawi Langit | Cyanthillium cinereum | Asteraceae | Asteraceae | - | - | - |
2 | Beluntas | Pluchea indica | Asteraceae | Asteraceae | - | - | - |
3 | Cemara Laut | Casuarina equisetifolia | Casuarinaceae | Casuarinaceae | - | LC | - |
4 | Teki Kecil | Cyperus rotundus | Cyperaceae | Cyperaceae | - | LC | - |
5 | Anting-anting | Acalypha indica | Euphorbiaceae | Euphorbiaceae | - | - | - |
6. | Patikan Kebo | Euphorbia hirta | Euphorbiaceae | Euphorbiaceae | - | - | - |
7. | Lamtoro | Leucaena leucocephala | Fabaceae | Fabaceae | - | - | - |
8. | Tali Putri Hijau | Cassytha filiformis | Lauraceae | Lauraceae | - | - | - |
9. | Waru | Hibiscus tiliaceus | Malvaceae | Malvaceae | - | LC | - |
10. | Tembelekan | Lantana camara | Verbenaceae | Verbenaceae | - | - | - |
11. | Bogem/Nyirih | Xylocarpus granatum | Meliaceae | Meliaceae | - | LC | - |
12. | Bunga Kertas | Bougainvillea glabra | Nyctaginaceae | Nyctaginaceae | - | - | - |
13. | Beringin Kimeng | Ficus microcarpa | Moraceae | Moraceae | - | LC | - |
14. | Api-api Putih | Avicennia alba | Acanthaceae | Acanthaceae | - | LC | - |
15. | Api-api Hitam | Avicennia marina | Acanthaceae | Acanthaceae | - | LC | - |
16. | Tancang | Bruguiera cylindrica | Rhizophoraceae | Rhizophoraceae | - | LC | - |
17. | Tengar | Ceriops tagal | Rhizophoraceae | Rhizophoraceae | - | - | - |
18. | Bakau Merah | Rhizophora apiculata | Rhizophoraceae | Rhizophoraceae | - | LC | - |
19. | Bakau Kurap | Rhizophora mucronata | Rhizophoraceae | Rhizophoraceae | - | LC | - |
20. | Bakau Putih | Rhizophora stylosa | Rhizophoraceae | Rhizophoraceae | - | LC | - |
21. | Pedada Merah | Sonneratia caseolaris | Sonneratiaceae | Sonneratiaceae | - | LC | - |
22. | Teruntum Putih | Lumnitzera racemosa | Combretaceae | Combretaceae | - | - | - |
Keberadaan BMC ini termasuk sangat penting untuk konservasi keanekaragaman hayati bagi area sekitarnya. Faktor habitat menjadi kunci dari keragaman, kemerataan, dan dominansi fauna. Berdasarkan data pengamatan pada tahun-tahun sebelumnya, jenis fauna yang dijumpai mengalami peningkatan. Pada tahun 2020 ditemukan 14 jenis burung dari 9 famili dan satu jenis reptil. Pada tahun 2021 pengamatan jenis burung ditemukan 25 Famili dengan 36 jenis. Bila dilihat secara kurva maka akan tercipta trend peningkatan jumlah jenis di lokasi pengamatan. Peningkatan kenaikan jumlah jenis burung ini juga dibarengi dengan munculnya jenis-jenis baru yang baru teramati pada tahun 2022. Oleh karenanya bila diakumulasikan seluruh jenis yang didapatkan maka akan ditemukan total perjumpan 56 jenis. Namun jenis yang baru muncul (new record list) di tahun 2022 ini terdapat 20 jenis. Kenaikan jenis ini seiring berjalan dengan semakin baik kondisi mangrove yang ada di BMC. Sejalan dengan hal tersebut, mangrove di area BMC semakin bertumbuh dan menjadi habitat yang semakin baik untuk fauna burung.
Secara indeks, lokasi BMC ini dapat memperlihatkan keanekaragaman yang cukup tinggi. Pada lokasi-lokasi ini didapatkan indeks keanekaragaman (H’) ialah 2,98 yang menandakan lokasi ini memiliki keanekargaman yang sedang menuju ke tinggi. Sementara kemerataan (E) memiliki nilai yang tingi yaitu sebesar 0,79 yang menandakan lokasi ini memiliki jenis-jenis yang sudah lebih stabil dan mantap. Lalu terkait dominansi, lokasi ini memiliki lima jenis yang berstatus dominan yaitu Bondol peking (Lonchura punctulata), Kuntul besar (Casmerodius albus), Kuntul kecil (Egretta garzetta), Remetuk laut (Gerygone sulphurea), dan Trinil pantai (Actitis hypoleucos). Status keterancaman fauna didasarkan pada status yang diberikan oleh IUCN untuk mengukur tingkat kelangkaan suatu spesies secara global. Status keterancaman ini menurut IUCN Red List (2016). Status keterancaman yang diberikan: status Kritis (CE/Critically Endangered), Genting (EN/Endangered Species), Rentan (VU/Vurnerable), Mendekati terancam punah (NT/Near Thratened), dan Risiko rendah (LC/Leas Concern). Status perdagangan Internasional berdasarkan CITES (konvensi internasional untuk perdagangan satwa yang terancam punah). Konvensi ini menggolongkan jenis-jenis satwa dalam daftar Apendiks:
Status Perlindungan oleh pemerintah yang mengacu pada peraturan perundang-undangan Republik Indonesia PP No. 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa cq Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106 tahun 2018 tentang peraturan pengganti P.106 tahun 2018 tentang daftar jenis tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi. Secara keseluruhan terdapat dua jenis burung yang memiliki status keterancama NT (Near Thratned/Mendekati terancam punah), satu jenis memiliki status DD (Data Deficient/Kurang Data), satu jenis masuk dalam kategori Appendix II CITES, serta delapan jenis dilindungi berdasarkan peraturan perundangan di Indonesia. Tabel. Status konservasi fauna di BMC tahun 2022
Nama jenis | Nama ilmiah | IUCN* | CITES** | P106/2018*** |
Burung | ||||
Remetuk laut | Gerygone sulphurea | LC | - | TD |
Elang tikus | Elanus caeruleus | LC | II | D |
Cipoh kacat | Aegithina tiphia | LC | - | TD |
Cekakak sungai | Todiramphus chloris | LC | - | TD |
Cekakak suci | Todiramphus sanctus | LC | - | TD |
Rajaudang biru | Alcedo coerulescens | LC | - | TD |
Itik benjut | Anas gibberifrons | NT | - | TD |
Walet linchi | Collocalia linchi | LC | - | TD |
Kokokan laut | Butorides striata | LC | - | TD |
Kowakmalam kelabu | Nycticorax nycticorax | LC | - | TD |
Kuntul besar | Ardea alba | LC | - | D |
Kuntul kecil | Egretta garzetta | LC | - | TD |
Blekok sawah | Ardeola speciosa | LC | - | TD |
Kekep babi | Artamus leucorynchus | LC | - | TD |
Jingjing batu | Hemipus hirundinaceus | LC | - | TD |
Kapasan sayapputih | Lalage sueurii | LC | - | TD |
Cerek jawa | Charadrius javanicus | LC | - | D |
Perenjak jawa | Prinia familiaris | NT | - | TD |
Perenjak rawa | Prinia flaviventris | LC | - | TD |
Perkutut jawa | Geopelia striata | LC | - | TD |
Punai gading | Treron vernans | LC | - | TD |
Tekukur biasa | Spilopelia chinensis | LC | - | TD |
Wiwik uncuing | Cacomantis sepulcralis | LC | - | TD |
Bubut besar | Centropus sinensis | LC | - | TD |
Cabai bungaapi | Dicaeum trigonostigma | LC | - | TD |
Cabai jawa | Dicaeum trochileum | LC | - | TD |
Srigunting hitam | Dicrurus macrocercus | LC | - | TD |
Bondol jawa | Lonchura leucogastroides | LC | - | TD |
Bondol peking | Lonchura punctulata | LC | - | TD |
Layanglayang loreng | Hirundo striolata | LC | - | TD |
Kirikkirik laut | Merops philippinus | LC | - | TD |
Burungmadu sriganti | Nectarinia jugularis | LC | - | TD |
Kancilan bakau | Pachycephala cinerea | LC | - | TD |
Burunggereja erasia | Passer montanus | LC | - | TD |
Caladi tilik | Dendrocopos moluccensis | LC | - | TD |
Merbah matamerah | Pycnonotus brunneus | LC | - | TD |
Merbah cerukcuk | Pycnonotus goiavier | LC | - | TD |
Gagangbayam timur | Himantopus leucocephalus | LC | - | TD |
Kipasan belang | Rhipidura javanica | LC | - | D |
Gajahan penggala | Numenius phaeopus | LC | - | D |
Trinil pantai | Actitis hypoleucos | LC | - | TD |
Daralaut kumis | Chlidonias hybrida | LC | - | D |
Daralaut sayapputih | Chlidonias leucopterus | LC | - | D |
Daralaut tiram | Gelochelidon nilotica | LC | - | D |
Cinenen jawa | Orthotomus sepium | LC | - | TD |
Cinenen pisang | Orthotomus sutorius | LC | - | TD |
Herpetofauna | ||||
Tokek | Gekko gecko | LC | - | - |
Cicak tembok | Hemidactylus platyurus | LC | - | - |
Ular tambak | Cerberus rynchops | LC | III (India) | - |
*IUCN redlist : DD (Data deficient/data kurang)LC (Least concern/resiko rendah), NT (Near threatned/nyaris terancam), VU (Vulnerable/rentan), EN (Endangered/genting), CR (Critically endangered/kritis)
**Appendix CITES : I (Appendix I), II (Appendix II), III (Appendix III), - (Non Appendix)
***Perlindungan PP No. 7 Tahun 1999 cq. Permen LHK P.108 tahun 2018: D (Dilindungi), TD (Tidak Dilindungi)
Secara keseluruhan temuan fauna yang ada di BMC, terdapat enam jenis yang endemik hanya ada di Indonesia. Keenam jenis tersebut merupakan fauna dari taksa burung. Sementara untuk fauna lain baik mamalia maupun herpetofauna tidak dijumpai fauna yang endemik.
Nama jenis | Nama ilmiah | Endemisitas* | Keterangan |
Rajaudang biru | Alcedo coerulescens | E | Endemik Sumatera dan Jawa |
Walet linchi | Collocalia linchi | E | Endemik Jawa dan sebagian Sumatera bagian selatan |
Cerek jawa | Charadrius javanicus | E | Endemik Jawa dan Bali |
Perenjak jawa | Prinia familiaris | E | Endemik Jawa dan sebagian Sumatera bagian selatan |
Bondol jawa | Lonchura leucogastroides | E | Endemik Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara |
Cinenen jawa | Orthotomus sepium | E | Endemik Pulau Jawa dan Bali |